Rupiah mampu melanjutkan tren positif pada pembukaan perdagangan awal pekan (26/2) ini meski relatif terbatas. Seperti dilaporkan Bloomberg Index, mata uang Garuda membuka transaksi hari ini dengan menguat 7 poin atau 0,05% ke level Rp13.661 per dolar AS. Sebelumnya, spot sudah ditutup naik 17 poin atau 0,12% di posisi Rp13.668 per dolar AS pada akhir pekan (23/2) kemarin.
“Rupiah diperkirakan akan melanjutkan penguatan terhadap greenback pada perdagangan Senin, namun hanya terbatas, mengingat mata uang Garuda sempat terseret ke level terendah sejak 2016,” papar ekonom Bank Permata, Josua Pardede, seperti dikutip Kontan. “Mata uang domestik bisa mendapatkan sokongan dari data inflasi bulan Februari 2018 yang dirilis Kamis (1/3) besok.”
Jika capaian inflasi bulan kemarin lebih rendah daripada bulan Januari, bakal memberikan sentimen positif bagi pasar. Sekadar informasi, tingkat inflasi Januari lalu secara bulanan tercatat sebesar 0,62%. Selain itu, laporan kebijakan moneter The Fed yang dirilis Jumat kemarin juga belum menegaskan kemungkinan bank sentral AS tersebut untuk mengerek suku bunga acuan sebanyak tiga kali.
Meski demikian, analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong, menilai bahwa penurunan inflasi tidak selalu menguntungkan. Menurutnya, kalau inflasi terus dalam tren menurun, pasar bisa jadi justru khawatir pencapaian produk domestik bruto (PDB) bisa kurang optimal. “Tetapi, rupiah bisa rebound terbatas meski masih diselimuti sentimen eksternal,” ujar Lukman.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, melihat bahwa pergerakan rupiah pada pekan kemarin, yang mampu melampaui target resistance, mengindikasikan mulai adanya dorongan naik meski terbatas. Di saat yang bersamaan, muncul pemberitaan terkait calon tunggal Gubernur Bank Indonesia dari lingkup bank sentral sendiri.
“Rupiah juga mendapat sentimen positif dari pertumbuhan kredit perbankan hingga Januari 2017 yang telah tumbuh 7% secara year-on-year,” papar Reza. “Namun, laju dolar AS kembali naik seiring masih adanya persepsi potensi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif. Sementara itu, reaksi pasar cukup positif.”