JAKARTA – Rupiah gagal merangsek ke zona hijau pada perdagangan Selasa (27/11) sore karena pasar global diselimuti kekhawatiran baru mengenai tensi perdagangan AS-China, meski greenback juga bergerak melandai. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 15.59 WIB, mata uang Garuda melemah 40 poin atau 0,28% ke level Rp14.515 per dolar AS.
Sementara itu, Bank Indonesia siang tadi menetapkan kurs tengah berada di posisi Rp14.504 per dolar AS, menguat 47 poin atau 0,32% dari perdagangan sebelumnya di level Rp14.551 per dolar AS. Di saat yang bersamaan, mayoritas mata uang Asia tidak berdaya melawan greenback, dengan pelemahan terdalam sebesar 0,27% menghampiri peso Filipina.
Dari pasar global, indeks dolar AS sebenarnya juga bergerak turun, namun dalam kisaran yang sempit karena kekhawatiran baru mengenai perang dagang AS-China memberikan dukungan terhadap mata uang safe haven. Mata uang Paman Sam terpantau melemah tipis 0,039 poin atau 0,04% ke level 97,035 pada pukul 10.57 WIB setelah kemarin berakhir menguat.
Seperti diberitakan Reuters, komentar Presiden AS, Donald Trump, pada Senin (26/11) setempat memangkas harapan investor bahwa gencatan perang perdagangan dengan China akan segera berakhir. Dalam interview dengan Wall Street Journal, Trump mengatakan dia tetap pada pendirian untuk menaikkan tarif pada barang impor China senilai 200 miliar dolar AS dari semula 10% menjadi 25%.
Hal ini mengindikasikan bahwa Trump dapat juga mengenakan tarif terhadap seluruh barang impor China apabila negosiasi antara kedua negara gagal menghasilkan kesepakatan perdagangan. Trump dan Presiden China, Xi Jinping, direncanakan akan bertemu di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires, Argentina pada 30 November-1 Desember mendatang.
Di sisi lain, fokus pasar juga tertuju pada pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell, pada hari Rabu (28/11) waktu setempat dan notulen rapat bank sentral AS 7-8 November yang akan dirilis pada hari Kamis (29/11) besok. Pasar mencari petunjuk lebih lanjut tentang berapa kali lagi The Fed akan menaikkan suku bunga mereka.
“Pasar sangat tertarik pada apa yang akan Jerome Powell katakan karena telah ada penyesuaian tajam dalam ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve,” kata chief operating officer Rakuten Securities, Nick Twidale. “Kami melihat fakta bahwa melambatnya pertumbuhan global sebagai sentimen negatif untuk dolar AS.”