Tekanan terhadap rupiah agaknya mulai berkurang pada perdagangan awal pekan (3/10) ini. Menurut laporan Bloomberg Index, mata uang Garuda membuka perdagangan hari ini dengan penguatan sebesar 28 poin atau 0,21% ke level Rp13.014 per dolar AS. Kemudian, pada pukul 08.41 WIB, spot lanjut menguat 33 poin atau 0,25% ke posisi Rp13.009 per dolar AS.
“Tekanan terhadap rupiah pada hari ini bakal berkurang seiring menguatnya harga minyak mentah dunia,” ungkap Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta. “Sebelumnya, ketidakpastian global sempat menekan mata uang domestik ke atas Rp13.000 pada perdagangan akhir pekan lalu sekaligus menggerus sentimen positif dari pencapaian tax amnesty yang melebihi ekspektasi.”
Namun, ketidakpastian global baru muncul setelah Deutsche Bank dipaksa untuk membayar denda yang melebihi kemampuannya. Dikabarkan, bank tersebut saat ini sudah mendekati kesepakatan untuk membayar denda yang ditetapkan oleh Departemen Kehakiman, yang telah dipangkas menjadi 5,4 miliar dolar AS dari awalnya sebesar 14 miliar dolar AS.
“Meski pasar global tertekan, namun tekanan diperkirakan hanya temporer,” sambung Rangga. “Di sisi lain, indeks manufaktur AS ditunggu malam nanti yang diprediksi membaik.”
Sementara dari dalam negeri, mata uang Garuda juga berharap pada sokongan data inflasi September 2016 yang dijadwalkan rilis pada siang nanti. Sejumlah pengamat mengatakan inflasi bakal naik ke 3% YoY (year on year).
Sebelumnya, akhir pekan lalu (30/9), rupiah harus ditutup melemah sebesar 70 poin atau 0,54% ke level Rp13.042 per dolar AS. Pelemahan mata uang Garuda di akhir pekan terjadi di tengah persoalan Deutsche Bank yang memicu kekhawatiran pasar.