Jakarta – Sempat menguat tajam setelah 4 hari berturut-turut, Rupiah akhirnya merosot 59 poin di akhir sesi perdagangan Selasa Sore (2/2). Mengutip dari Bloomberg, mata uang Garuda kini tiba di level Rp 13.691 per Dolar AS setelah terdepresiasi sejauh 0,43%.
Pelemahan Rupiah di hari ini bahkan telah terendus sejak kali pertama perdagangan Selasa pagi dibuka. Rupiah sudah lebih dulu turun sejauh 18 poin di level Rp 13.650 per Dolar AS, tercatat pada pukul 08.00 WIB. Tak adanya sentimen positif lanjutan untuk Rupiah membuat mata uang nasional ini bertahan di jalur merah hingga akhir perdagangan.
Sebelumnya, Rupiah berjaya di perdagangan selama 4 hari berturut-turut. Penguatan Rupiah ini tak lain menjadi buah usaha Bank Indonesia yang memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam 12 bulan terakhir. Berbarengan dengan keputusan mengejutkan yang diambil oleh Bank Sentral Jepang (BOJ) untuk menetapkan suku bunga negatif demi meningkatkan pinjaman, Rupiah otomatis memimpin penguatan mata uang di Asia.
“Ini merupakan sentimen yang lebih baik di pasar setelah langkah dari BOJ,” ujar Andy ji, Analis Strategi Mata Uang Asing di Bank Commonwealth Australia, sebagaimana dikutip oleh Bloomberg (2/2).
Tak hanya itu, Andy menerangkan bahwa spekulasi aset Indonesia telah berhasil menyedot sejumlah dana asing untuk masuk ke obligasi Rupiah yang nilainya mencapai USD 1,3 Miliar (sekitar Rp 17,8 Triliun).
“Rupiah menawarkan yield yang menarik dan harganya cukup lebih baik ketimbang dengan pesaingnya di wilayah regional Asia Tenggara,” perjelas Andy.