JAKARTA – Rupiah mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan Selasa (2/4) sore, meski indeks dolar AS bergerak menguat seiring dengan kenaikan yang dialami imbal hasil obligasi AS setelah aktivitas pabrik di Negeri Paman Sam cukup positif. Menurut paparan Bloomberg Index pada pukul 15.54 WIB, mata uang Garuda menguat 6 poin atau 0,04% ke level Rp14.223 per dolar AS.
Sementara itu, Bank Indonesia siang tadi menetapkan kurs tengah berada di posisi Rp14.237 per dolar AS, terdepresiasi tipis 6 poin atau 0,04% dari perdagangan sebelumnya di level Rp14.231 per dolar AS. Di saat yang bersamaan, mayoritas mata uang Asia bertekuk lutut versus greenback, dengan pelemahan terdalam sebesar 0,18% dialami rupee India.
Dari pasar global, indeks dolar AS memang cenderung bergerak menguat pada hari Selasa, didukung kenaikan imbal hasil obligasi AS dari posisi terendah 15 bulan di tengah kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi global. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,131 poin atau 0,13% ke level 97,363 pada pukul 11.51 WIB.
Seperti diberitakan Reuters, imbal hasil obligasi AS mengalami lonjakan pada Senin (1/4) malam, setelah rilis data indikator ekonomi dari AS mendorong sejumlah investor untuk mengurangi kepemilikan obligasi mereka. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun menembus level 2,492% setelah sempat menyentuh posisi terendah 15 bulan di 2,34% pada pekan lalu.
“Dolar AS mendapat manfaat dari minat terhadap aset risiko, dengan penjualan terhadap obligasi dan kepemilikan saham, mengingat data ISM AS yang kuat,” kata ahli strategi senior di Barclays di Tokyo, Shin Kadota. “Aliran musiman juga tampaknya membantu greenback, dengan permintaan mata uang dari pasar yang sedang memulai kuartal baru.”
Pada Senin waktu setempat, ISM atau Institute for Supply Management melaporkan bahwa indeks aktivitas pabrik nasional di Negeri Paman Sam naik menjadi 55,3 sepanjang bulan Maret. Kuatnya data aktivitas pabrik tersebut sudah cukup untuk mengimbangi penurunan penjualan ritel AS pada Februari. Sebelumnya, angka penjualan ritel secara tak terduga turun 0,2% dibandingkan bulan sebelumnya.