JAKARTA – Rupiah tetap mampu mempertahankan posisi di area hijau hingga perdagangan Selasa (5/5) sore meskipun ekonomi Indonesia kuartal pertama 2020 dilaporkan cuma tumbuh sebesar 2,97%. Menurut paparan Bloomberg Index pada pukul 14.52 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 20 poin atau 0,13% ke level Rp15.080 per dolar AS.
Siang tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2020 hanya 2,97% secara tahunan (year-on-year). Angka ini turun drastis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,07%. Angka tersebut juga lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi kuartal empat 2019 yang tercatat 4,97%.
“Pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 2,41% jika dibandingkan kuartal empat 2019,” papar Kepala BPS, Suhariyanto, melalui video conference. “Kalau kami lihat pergerakan pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2020, seperti dialami banyak negara lain yang mengalami perlambatan cukup dalam.”
Suhariyanto melanjutkan, penurunan pertumbuhan ekonomi disebabkan turunnya sejumlah ekspor Indonesia, termasuk ke China dan Amerika Serikat, dua negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Dengan China, yang porsinya mencapai 15% dari total ekspor pada triwulan I 2020, mengalami kontraksi 6,8%. Sementara, tujuan ekspor terbesar ke Amerika Serikat masih tumbuh sebesar 0,3%. Demikian juga ekspor ke Singapura dan Korea Selatan, melambat dan tumbuh tipis 1,3%.
“Penyebaran COVID-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi. Ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas untuk mengendalikan penyebaran virus corona,” tambah Suhariyanto. “Bisa kita lihat tampaknya tidak ada yang kebal dengan COVID-19. Virus ini tidak kenal negara maju dan berkembang, semua kena dampaknya, tak terkecuali Indonesia.”
Sementara, dari pasar global, indeks dolar AS terpantau bergerak lebih rendah pada hari Selasa, ketika data ekonomi terbaru China dilaporkan lebih baik dari yang diperkirakan, mengikis sedikit kekhawatiran investor. Mata uang Paman Sam melemah tipis 0,049 poin atau 0,05% ke level 99,435 pada pukul 12.14 WIB, setelah kemarin (4/5) berakhir di posisi 99,484.
Dilansir Reuters, ekspor China sepanjang bulan Maret kemarin hanya turun 6,6% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan penurunan 14% oleh sejumlah ekonom. Sementara, impor turun kurang dari 1%, dibandingkan dengan penurunan 9,5% yang diantisipasi oleh para analis.