JAKARTA – Setelah positif selama tiga sesi beruntun, rupiah harus tergelincir ke zona merah ketika membuka perdagangan awal pekan (23/9) ini. Menurut catatan Bloomberg Index, mata uang Garuda mengawali transaksi dengan melemah 18 poin atau 0,13% ke level Rp14.073 per dolar AS. Sebelumnya, spot sempat ditutup menguat tipis 5 poin atau 0,04% di posisi Rp14.055 per dolar AS pada akhir pekan (20/9) kemarin.
Sementara, dari pasar global, pergerakan indeks dolar AS sebenarnya juga terpantau bergerak di area negatif pada Senin pagi. Mata uang Paman Sam melemah tipis 0,019 poin atau 0,02% ke level 98,494 pada pukul 08.07 WIB. Sebelumnya, pada Jumat waktu setempat, greenback ditutup melonjak 0,241 poin atau 0,25% di posisi 98,513.
“Pasar kembali merespon positif sentimen turunnya suku bunga acuan yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada Kamis (19/9), sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Sendirinya, berarti BI memangkas suku bunga dalam 3 bulan berturut-turut,” ujar Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim, dilansir Bisnis. “Jika melihat respon pelaku pasar yang positif dalam dua kali pemangkasan suku bunga sebelumnya, bisa jadi BI kembali menurunkan suku bunga sesuai dengan ekspektasi pasar.”
Karena itu, lanjut Ibrahim, rupiah akan berbalik menguat terhadap dolar AS. Ia sendiri memprediksi penguatan mata uang domestik masih akan berlanjut pada perdagangan Senin ini meskipun kemungkinan besar bergerak di kisaran yang sempit. Menurut Ibrahim, rupiah bakal bergulir di rentang Rp14.030 hingga Rp14.095 per dolar AS.
Hampir senada, ekonom Bank Permata, Josua Pardede, seperti dilansir Kontan, juga memperkirakan rupiah masih berpotensi melanjutkan penguatan pada awal pekan ini dengan rentang terbatas. Pasalnya, belum ada data ekonomi yang bisa menggerakkan rupiah dengan signifikan, baik dari sisi internal maupun internal. “Pelaku pasar masih merespons kebijakan The Federal Reserve dan Bank Indonesia yang sama-sama memangkas suku bunga pekan lalu,” katanya.