Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap mempertahankan nilai suku bunga di tengah bulan ini. Kondisi pelemahan Rupiah yang terjadi secara terus-menerus membuat Bank Indonesia tidak dapat berbuat banyak, apalagi jika harus sampai menurunkan suku bunga seperti yang terjadi pada bulan Februari 2015 lalu.
Rupiah sempat dicap sebagai mata uang Asia dengan kinerja terburuk akibat posisinya yang hingga saat ini sudah melorot tajam sebanyak 6,3% terhadap Dolar Amerika. Tercatat pada sesi perdagangan pagi ini (Senin, 16/3) Rupiah sudah tiba di angka Rp 13.243 perDolarnya.
Beberapa analis merasa bahwa sikap Bank Indonesia (BI) yang harusnya membantu eksportir Indonesia malah terkesan acuh dan membiarkan rupiah terdepresiasi. Tak heran jika nilai ekspor yang tercatat sejak bulan Februari hingga hari ini nilainya turun 16% di bawah tahun sebelumnya.
Pada bulan Februari lalu, Bank Indonesia bergabung dengan sejumlah bank sentral di Asia lainnya dalam upaya pelonggaran kebijakan dengan memotong 25 basis poin. Saat dikonfirmasi, pihak Bank Indonesia mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil karena melihat adanya gerakan inflasi sebanyak 4% menjelang akhir 2015.
Jika diingat kembali, keputusan pemerintah Indonesia untuk memangkas subsidi BBM pada bulan November 2014 lalu sempat membuat kondisi perekonomian Indonesia terombang-ambing. Ditambah lagi dengan Inflasi yang memuncak pada titik 8,36% saat itu makin menambah sengsara mayoritas masyarakat menengah ke bawah. Untung saja hal itu tak berlangsung lama karena harga minyak dunia turun dengan segera sehingga mau tak mau pemerintah juga harus kembali menurunkan harga BBM bersubsidi.