JAKARTA – Rupiah masih mampu menjaga tren positif ketika mengawali perdagangan Senin (30/12) pagi menjelang tutup tahun. Menurut laporan Bloomberg Index, mata uang Garuda dibuka menguat tipis 4 poin atau 0,03% ke level Rp13.948 per dolar AS. Sebelumnya, spot ditutup naik 6 poin atau 0,04% di posisi Rp13.952 per dolar AS pada akhir pekan (27/12) kemarin.
Menurut data CNBC Indonesia, sebelum libur Natal, rupiah sudah mencatat penguatan sebesar 1% terhadap greenback sepanjang bulan Desember 2019, di tengah isu kesepakatan dagang fase pertama antara AS dan China. Ditambah dengan penguatan pada hari Kamis (26/12) dan Jumat (27/12), spot total sudah menguat 1,1% sepanjang bulan ini. Sementara, jika dihitung sejak awal tahun hingga 23 Desember, mata uang domestik tercatat menguat 3%.
Semakin terangnya kesepakatan dagang fase pertama membuat rupiah menjadi lebih garang lagi. Kabar bagus terus berembus sejak pekan lalu. Pada Senin (23/12) lalu, CNBC Internasional melaporkan bahwa China akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk impor dari AS mulai 1 Januari mendatang. Kemudian, sehari setelahnya, Presiden AS, Donald Trump, menyebut kesepakatan dagang fase satu sudah hampir tuntas.
“Kesepakatan dagang fase I antara AS dengan China yang sebentar lagi akan diteken menjadi pemicu utama penguatan pasar finansial dalam negeri,” ulas tim CNBC Indonesia. “Dengan adanya kesepakatan dagang fase I dan akan berlanjut ke negosiasi fase II, perang dagang antara AS-China yang berlangsung selama 18 bulan sudah mendekati akhir.”
Meskipun demikian, CNBC Indonesia pesimistis bahwa mata uang Garuda akan mampu melanjutkan tren positif pada perdagangan hari ini. Pasalnya, tanda-tanda depresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market. Namun, melihat pola pergerakan dalam dua minggu terakhir, rupiah masih berpeluang menguat di menit-menit akhir transaksi.