JAKARTA – Rupiah harus pasrah bertengger di area merah pada perdagangan Kamis (4/3) sore ketika greenback cenderung bergerak menguat menjelang pidato Gubernur The Fed, didukung kenaikan imbal hasil Treasury AS. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 21,5 poin atau 0,15% ke level Rp14.266,5 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data Bank Indonesia pukul 10.00 WIB, kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) ditetapkan berada di posisi Rp14.299 per dolar AS, menguat 0,24% dari transaksi sebelumnya di level Rp14.334 per dolar AS. Di saat yang bersamaan, mayoritas mata uang Asia tidak mampu mengungguli greenback, dengan pelemahan terdalam sebesar 0,39% dialami rupiah.
“Walau berpotensi melanjutkan penguatan, tetapi sejumlah sentimen eksternal bisa menyeret rupiah,” papar Head of Economics Research Pefindo, Fikri C. Permana, dikutip dari Kontan. “Saya kira, masih ada risiko seperti peringatan perbankan China akan adanya risiko bubble di pasar luar China, khususnya di sektor housing. Jadi, saya kira ini akan menjadi risiko global.”
Menurut analisis CNBC Indonesia, investor saat ini ramai-ramai berburu dolar AS untuk bersiap-siap masuk ke pasar obligasi pemerintah. Seperti diketahui, pada hari ini waktu setempat, Kementerian Keuangan AS akan melelang dua seri obligasi, yakni tenor satu bulan dan dua bulan, dengan target lelang sebesar 65 miliar dolar AS.
Dari pasar global, indeks dolar AS sempat mencapai level tertinggi tujuh bulan terhadap yen pada hari Kamis serta menguat terhadap mata uang utama, karena kenaikan yang teratur dalam imbal hasil Treasury AS memberikan dukungan menjelang pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang dapat menentukan tren pasar obligasi dan mata uang global. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,112 poin atau 0,12% ke level 91,059 pada pukul 11.37 WIB.
“Kinerja dolar AS akan bervariasi, tergantung pada mata uangnya,” kata kepala strategi mata uang di Mizuho Securities, Masafumi Yamamoto, seperti dilansir dari Reuters. “Dolar AS versus yen Jepang terlihat dalam penawaran yang baik karena imbal hasil dan karena ekonomi Jepang berkinerja buruk dibandingkan dengan AS, tetapi selama harga komoditas naik, greenback akan melemah terhadap mata uang komoditas.”