JAKARTA – Rupiah masih betah berada di zona merah pada pembukaan perdagangan Selasa (30/7) pagi. Menurut laporan Bloomberg Index, mata uang Garuda mengawali transaksi dengan melemah tipis 3 poin atau 0,02% ke level Rp14.023 per dolar AS. Sebelumnya, spot sudah ditutup terdepresiasi 12 poin atau 0,08% di posisi Rp14.020 per dolar AS.
“Neraca perdagangan migas sepanjang Semester I 2019 yang mencatatkan defisit hingga 4,78 miliar dolar AS dan kemungkinan akan tembus hingga 10 miliar dolar AS pada akhir 2019 menjadi sentimen negatif bagi rupiah,” papar Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim, dilansir Bisnis. “Defisit migas pada dasarnya tidak bisa dihindari oleh Indonesia, karena kebutuhan migas jauh lebih tinggi dibandingkan produksi, khususnya sejak 2008 hingga saat ini.”
Sementara itu, menurut analis PT Asia Trade Point Futures, Deddy Yusuf Siregar, nilai tukar dolar AS yang menguat masih menjadi sentimen dominan penggerak mata uang Garuda pada perdagangan kali ini. Pasalnya, menurut Deddy, sentimen dari dalam negeri masih minim sehingga pergerakan rupiah cenderung dipengaruhi sentimen eksternal.
Di sisi lain, analis pasar uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengatakan bahwa karena sentimen positif yang mendorong rupiah sedikit, sampai keputusan The Fed, maka pergerakan rupiah akan cenderung rupiah. Meski demikian, menurutnya pelemahan yang dialami mata uang domestik masih wajar karena sudah diprediksi pasar sejak jauh-jauh hari.
Untuk perdagangan hari ini, Reny memprediksi rupiah akan bergulir fluktuatif di kisaran Rp13.900 hingga Rp14.000 per dolar AS, sedangkan Deddy memperkirakan mata uang Indonesia bergerak di rentang Rp13.990 hingga Rp14.030 per dolar AS. Adapun Ibrahim, menduga rupiah akan melemah dengan kisaran Rp13.990 hingga Rp14.035 per dolar AS.