Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mengaku jika penerimaan negara telah berkurang sebesar Rp 20,1 triliun tahun 2016 lalu usai Kemenkeu menaikkan batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
“Dari target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di APBN-P 2016 sebesar Rp 129,3 triliun, realisasinya Rp 109,2 triliun,” ungkap Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi di Gedung DPR RI (17/1) lalu.
Menurut Ken, penurunan yang mencapai Rp 20,1 triliun itu terjadi usai pemerintah menetapkan batas PTKP menjadi Rp 54 juta per tahun atau Rp 4,5 juta per bulan. “Dulu kita harap dengan naikPTKP maka daya beli naik. Namun, daya beli digunakan untuk membeli resolusi rumah tangga bukan barang kena pajak,” imbuh Ken.
Kemenkeu telah melakukan penyesuaian PTKP dari Rp 36 juta per tahun ke Rp 54 juta sejak Juni 2016 lalu. Awalnya penyesuaian besaran PTKP tersebut dilakukan untuk melindungi dan meningkatkan daya beli masyarakat, di samping itu hal ini juga salah satu langkah stimulus pajak yang dapat mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi.
Hingga tahun 2017 ini tarif PTKP yang berlaku masih menggunakan aturan yang telah ditetapkan dari tahun 2016. Berikut rincian lengkapnya.
Kriteria | Tarif PTKP per Tahun |
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi dengan status tidak kawin | Rp 54 juta |
WP status kawin tanpa tanggungan/anak | Rp 58,5 juta |
WP status kawin dengan 1 tanggungan/anak | Rp 63 juta |
WP status kawin dengan 2 tanggungan/anak | Rp 67,5 juta |
WP status kawin dengan 3 tanggungan/anak | Rp 72 juta |
WP status kawin, penghasilan istri digabung tanpa tanggungan/anak | Rp 112,5 juta |
WP status kawin, penghasilan istri digabung dengan 1 tanggungan/anak | Rp 117 juta |
WP status kawin, penghasilan istri digabung dengan 2 tanggungan/anak | Rp 121,5 juta |
WP status kawin, penghasilan istri digabung dengan 3 tanggungan/anak | Rp 126 juta |