London, Inggris – Resiko perlambatan ekonomi Cina yang dibarengi dengan penurunan harga minyak secara berlebihan mengundang reaksi besar dari pasar keuangan global. International Monetary Fund (IMF) bahkan telah memangkas proyeksi pertumbuhan global hingga 3 kali dalam waktu kurang dari setahun.
Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld mengatakan, strategi ekonomi Cina dan nilai tukar Yuan menjadi hal penting dalam babak perekonomian dunia, begitu juga dengan fluktuasi harga minyak yang menjadi faktor risiko lainnya.
“Harga minyak menempatkan tekanan pada eksportir minyak, tapi ada hikmahnya bagi konsumen di seluruh dunia, sehingga itu tidak mutlak menjadi negatif,” ungkapnya sebagaimana dilansir oleh Reuters, pagi ini (20/1).
Obstfeld menambahkan, Tiongkok kini sedang menghadapi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi meskipun data ekonomi yang terakhir kali dirilisnya telah sesuai dengan harapan IMF. Prospek perekonomian Cina dinilai sangat bergantung pada seberapa keras upaya pemerintah Cina untuk melakukan rebalancing.
“Komunikasi yang jelas dari strategi kebijakan secara keseluruhan termasuk sehubungan dengan nilai tukar Yuan sangat penting, baik untuk stabilitas dalam negeri dan stabilitas luar negeri,” ungkap Obstfeld.
Terkait dengan ancaman deflasi berkelanjutan di Eropa, Obstfeld menegaskan bahwa Bank sentral eropa telah mempersiapkan tindakan antisipasi, diantaranya berupa pelonggaran kuantitatif tambahan.
“Jadi kita akan mengantisipasi,” pungkasnya.
Pada hari Selasa kemarin (19/1), harga minyak telah menyentuh level terendah yang terakhir kali dipijak pada tahun 2003 lalu. Sedangkan perekonomian Cina mengalami perlambatan terparah dalam 25 tahun belakangan. Atas kegentingan ini, IMF memperingatkan risiko substansial bagi negara-negara berkembang terkemuka, seperti Rusia, Brazil, dan seluruh Timur Tengah.