Sentimen pertemuan Federal Reserve yang bakal berlangsung tengah pekan ini mampu membatasi pelemahan dolar AS sehingga membuat rupiah tidak leluasa untuk bergerak ke zona hijau. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 15.59 WIB, mata uang Garuda harus menutup transaksi Senin (12/6) ini dengan pelemahan sebesar 17 poin atau 0,13% ke level Rp13.308 per dolar AS.
Rupiah mengawali perdagangan dengan dibuka stagnan di posisi Rp13.291 per dolar AS. Istirahat siang, mata uang Garuda terdepresiasi 4 poin atau 0,03% ke level Rp13.295 per dolar AS. Jelang penutupan atau pukul 15.39 WIB, spot makin terbenam di zona merah setelah anjlok 22 poin atau 0,17% ke posisi Rp13.313 per dolar AS.
Dari pasar global, indeks dolar AS sebenarnya mengalami koreksi, meski tipis, di tengah penguatan kinerja mata uang utama lainnya, seperti euro dan yen Jepang. Setelah dibuka turun 0,041 poin atau 0,04% ke posisi 97,233, mata uang Paman Sam kembali melemah 0,090 poin atau 0,09% ke level 97,184 pada pukul 08.29 WIB.
Namun, pelemahan indeks dolar AS relatif tipis karena dibatasi oleh sentimen pertemuan kebijakan Federal Reserve yang dijadwalkan berlangsung tengah pekan ini. Pasar memprediksi The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan, selain menanti apakah Bank Sentral AS tersebut yakin bahwa ekonomi Paman Sam cukup kuat untuk menahan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini.
“Peristiwa politik seperti pemilu di Inggris dan kesaksian mantan Direktur FBI, James Comey, telah berakhir,” ujar ahli strategi valuta asing senior di IG Securities, Junichi Ishikawa, seperti dikutip dari Reuters. “Fokus pasar saat ini beralih ke kebijakan moneter (rapat The Fed).”
Sementara itu, siang tadi Bank Indonesia menetapkan kurs tengah berada di level Rp13.329 per dolar AS, posisi yang sama seperti perdagangan sebelumnya. Di saat yang bersamaan, pergerakan mata uang Asia bervariasi terhadap greenback, dengan pelemahan terdalam dialami won Korea Selatan sebesar 0,25% dan kenaikan tertinggi menghampiri dolar Singapura sebesar 0,06%.