Berada di wilayah yang memiliki iklim tropis dan cuaca lembap, membuat pertumbuhan bisnis wewangian di Asia Tenggara tumbuh dengan subur. Bahkan, dengan potensi pertumbuhan yang cukup menggiurkan, membuat beberapa perusahaan wewangian asal Barat dan Jepang berniat memperluas ekspansi di wilayah ini.
Menurut survei yang dilakukan Leffingwell & Associates dari AS, pertumbuhan pasar produk wewangian (termasuk aroma, deterjen, sabun, parfum) dan rasa bernilai 24,1 miliar dolar AS sepanjang tahun 2015. Meski Asia Tenggara hanya menyumbang 10% dari total nilai tersebut, namun pasar wewangian di kawasan ini tumbuh sehat antara 7% hingga 8% per tahun.
Takasago International, produsen rasa dan wewangian kelima terkemuka di dunia, telah melakukan renovasi pabrik di Singapura pada tahun 2014 dengan dana sekitar 60 juta dolar Singapura (44 juta dolar AS) untuk menghasilkan produksi aroma makanan dan wewangian sebesar tiga kali lipat atau 30.000 ton per tahun. Perusahaan asal Jepang ini kabarnya juga telah membeli tanah di kawasan Jakarta untuk membuat pabrik pertama mereka di Indonesia.
Sementara itu, produsen rasa dan wewangian terbesar di dunia asal Swiss, Givaudan, membuat investasi terbesar yang pernah ada dengan membangun pabrik kedua untuk produksi wewangian non-pangan di Singapura pada tahun 2015 lalu. Pabrik tersebut juga sekaligus berfungsi sebagai sekolah wewangian pertama di luar Eropa.
Givaudan menganggap, Asia Tenggara merupakan pasar yang diprediksi bakal mengalami pertumbuhan pesat pada tahun 2020 mendatang. Mereka pun berencana memanfaatkan basis regional ini, termasuk negara-negara padat penduduk seperti Indonesia dan Myanmar, untuk memperluas penjualan.
Di sisi lain, T. Hasegawa, produsen pembuat aroma terbesar kesebelas di dunia asal Jepang, juga telah merancang bisnis untuk membuat produk wewangian untuk makanan yang sesuai standar Islam. Perusahaan ini telah mengakuisisi pembuat aroma asal Malaysia, Peresscol, pada tahun 2014 lalu, untuk memperluas saluran distribusi ke Malaysia dan Indonesia yang didominasi umat Islam. Melalui strategi ini, perusahaan berharap bisa meningkatkan laba usaha di Asia sekitar 80% atau 3,3 miliar yen Jepang pada tahun 2020 mendatang.
Meski merupakan pasar yang potensial, perusahaan-perusahaan tersebut tetap harus melakukan survei jika ingin menghasilkan penjualan yang lebih baik. Pasalnya, ada beberapa perbedaan kebiasaan di negara-negara ASEAN mengenai pemilihan aroma dan wewangian untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk sampo, sabun, deterjen, pembersih lantai, maupun parfum.