Laporan nonfarm payrolls (NFP) AS yang menunjukkan peningkatan selama bulan September 2018 membuat rupiah bergerak negatif pada awal pekan (8/10) ini. Seperti dilaporkan Bloomberg Index, mata uang Garuda membuka transaksi dengan melemah 11 poin atau 0,07% ke level Rp15.194 per dolar AS. Sebelumnya, spot sudah ditutup terdepresiasi 4 poin atau 0,03% di posisi Rp15.183 per dolar AS pada akhir pekan (5/10) kemarin.
Pada hari Jumat waktu setempat, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan bahwa nonfarm payrolls negara tersebut selama September 2018 meningkat 134.000, namun jauh lebih rendah dari perkiraan yang sebesar 185.000. Rata-rata penghasilan per jam naik 8 sen atau 0,3%, sedangkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% sepanjang bulan kemarin.
“Kenaikan yang lebih lemah dalam upah tenaga kerja pada bulan September 2018 mungkin sebagian mencerminkan beberapa efek dari Hurricane Florence,” ujar ekonom senior AS di Capital Economics di New York, Michael Pearce, dilansir Reuters. “Namun, laporan ini tidak cukup kuat untuk menghentikan The Fed dalam menaikkan suku bunga secara bertahap.”
Setelah data pekerjaan dirilis, indeks dolar AS memang sempat melemah, namun dengan cepat mencatatkan rebound. Sebelumnya, pernyataan hawkish The Fed dan pertumbuhan ekonomi Paman Sam yang kuat telah mendukung greenback dalam beberapa pekan terakhir. Peningkatan dramatis imbal hasil Treasury yang dapat menarik investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi juga dinilai sebagai positif bagi mata uang AS.
“Hal ini menandakan ekspektasi pelaku pasar terhadap ekonomi dunia dalam jangka panjang cenderung memburuk. Investor memburu instrumen utang AS sebagai flight to quality atau aset yang aman,” tutur ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira, dilansir Kompas. “Shock dari kenaikan suku bunga The Fed membuat investor menarik dana bertahap dari negara berkembang, kemudian mereka memilih investasi di aset berdenominasi dollar AS.”