JAKARTA – Rupiah sukses mempertahankan posisi di area hijau pada perdagangan Rabu (6/1) sore ketika arus modal asing semakin deras masuk ke dalam negeri lantaran perbaikan peringkat utang Indonesia oleh Fitch Ratings dan Moody’s Investor Services. Menurut data Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 20 poin atau 0,14% ke level Rp13.895 per dolar AS.
Sementara itu, data yang diterbitkan Bank Indonesia pukul 10.00 WIB tadi menempatkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) berada di posisi Rp13.926 per dolar AS, naik 19 poin atau 0,13% dari transaksi sebelumnya di level Rp13.945 per dolar AS. Di saat yang bersamaan, mayoritas mata uang Asia tidak berdaya melawan greenback, dengan pelemahan terdalam sebesar 0,14% dialami dolar Singapura.
Menurut analisis CNBC Indonesia, penguatan rupiah dalam beberapa transaksi terakhir disebabkan derasnya arus modal asing yang masuk ke dalam negeri. Ketertarikan modal asing lantaran Fitch Ratings baru saja memberikan peringkat BBB dengan outlook stabil untuk Indonesia, sedangkan Moody’s Investor Services mengganjar rating Baa2 untuk obligasi pemerintah Indonesia dalam mata uang dolar AS dan euro.
“Pemberian rating Baa2 didasarkan atas perbaikan ketahanan ekonomi Indonesia untuk menghadapi tekanan eksternal,” tulis pernyataan Moody’s. “Defisit fiskal relatif terjaga dan rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga masih cukup rendah. Besarnya ukuran ekonomi dan prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil menjadi fundamental yang sangat kuat.”
Dari pasar global, indeks dolar AS cenderung bergerak stabil pada hari Rabu ketika para investor sibuk mengamati hasil pemilihan Senat di Georgia untuk mendorong langkah selanjutnya dalam sentimen pasar. Mata uang Paman Sam terpantau menguat tipis 0,052 poin atau 0,06% ke level 89,488 pada pukul 11.41 WIB.
Hasil pemungutan suara putaran kedua untuk memilih dua senator di Georgia akan menentukan kendali Senat AS. Jika Partai Demokrat memenangkan kedua tempat tersebut, mereka akan mengendalikan Senat dan akan dapat meloloskan agenda legislatif mereka, yang dapat mencakup pajak yang lebih tinggi dan lebih banyak stimulus.
“Reaksi pasar terhadap hasil mungkin akan ditentukan oleh apa yang diasumsikan untuk kebijakan fiskal,” kata ahli strategi mata uang RBC Capital Markets, Adam Cole, dilansir Reuters. “Jika Demokrat berhasil mengambil kedua kursi, Joe Biden memiliki lebih banyak kebebasan untuk menetapkan kebijakan dan itu kemungkinan berarti lebih banyak pelonggaran fiskal.”