Rupiah harus bergerak turun pada pembukaan dagang Kamis (5/7) ini ketika pasar menantikan risalah The Fed. Menurut paparan Bloomberg Index, mata uang Garuda mengawali transaksi hari ini dengan melemah 10 poin atau 0,07% ke level Rp14.373 per dolar AS. Sebelumnya, spot sempat ditutup menguat 34 poin atau 0,24% di posisi Rp14.363 per dolar AS pada akhir perdagangan Rabu (4/7) kemarin.
Saat ini, pasar global memang tengah menantikan risalah pertemuan Federal Reserve di bulan Juni 2018 yang menurut rencana akan diumumkan pada Rabu malam waktu setempat atau Kamis pagi WIB. Para investor akan melihat lebih cermat untuk mengkaji apakah bank sentral AS berada di jalur untuk dua kenaikan suku bunga lagi di sisa tahun ini.
Sebelumnya, pada konferensi pers setelah rapat kebijakan tanggal 12-13 Juni lalu, Gubernur The Fed, Jerome Powel, sedikit meredakan pasar. Para pembuat kebijakan menilai mampu mengukur dengan tepat hingga di tingkat mana suku bunga akan berdampak netral terhadap ekonomi, kunci yang menentukan kapan untuk menghentikan kenaikan suku bunga.
“Meski demikian, hal itu tidak akan mengurangi diskusi mengenai suku bunga di level para pembuat kebijakan sendiri,” tutur ekonom senior Bank of America Corp., Joseph Song. “Hal itu masih sesuatu yang mereka coba perkirakan dan masih sesuatu yang penting bagi arah kebijakan. Mengingat kisaran merupakan hal yang signifikan, akankah The Fed percaya bisa melampaui (kisaran yang ditetapkan).”
Laju kenaikan suku bunga The Fed pada sisa tahun 2018 nantinya tetap bergantung dengan data inflasi aktual dan ekspektasi inflasi AS. Bank sentral AS sebelumnya sempat menyinggung terkait target inflasi ‘simetrik’, yang dipandang oleh banyak pihak sebagai sinyal bahwa mereka akan membiarkan inflasi berada sedikit di atas target 2%.
“Sebenarnya, belum ada sentimen baru yang memengaruhi pasar untuk saat ini,” kata analis pasar uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri, dilansir Kontan. “Sentimen utama masih seputar potensi dagang antara AS dengan China dan Eropa. Para pelaku pasar menantikan negosiasi antara negara-negara ini untuk meredakan tensi.”