Jakarta – Rupiah mengawali perdagangan pagi hari ini, Jumat (23/6) dengan pelemahan sebesar 9 poin ke level Rp 13.333 per dolar AS. Pada akhir perdagangan sebelumnya, rupiah kembali ditutup terdepresiasi sebesar 0,05 persen atau 6 poin ke posisi Rp 13.324 per dolar usai diperdagangkan di rentang angka Rp 13.304 hingga Rp 13.328 per dolar AS.
Mata uang Garuda melemah di saat indeks dolar AS terpantau anjlok dua hari berturut-turut. Berdasarkan data dari Bloomberg Index, indeks dolar AS melemah sebesar 0,2 persen. The Greenback melemah seiring harga minyak mentah yang mengalami rebound dan yield US Treasury mengalami penurunan.
Di sisi lain, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Faisyal justru memprediksi bahwa rupiah mempunyai kesempatan untuk menguat secara terbatas. Menurutnya hal ini bisa didorong oleh kondisi ketidakpastian politik di Amerika Serikat dan keraguan para pelaku pasar terhadap arah kebijakan Presiden AS Donald Trump untuk masa mendatang.
Walau demikian, penguatan rupiah diperkirakan cenderung terbatas lantaran pergerakan minyak mentah juga masih belum begitu bergairah selama beberapa hari terakhir. “Tapi berkaca dari dalam negeri yang stabil dan kondusif seperti sekarang rupiah akan mampu jaga posisi di bawah Rp 13.400 per dollar AS walau pasar libur,” jelas Faisyal, seperti dikutip Kontan.
Rupiah juga diprediksi akan bergerak di zona hijau bila data inflasi Jepang yang dilaporkan dalam waktu dekat ini kondisinya membaik. Sentimen tersebut dapat memberi dorongan untuk sejumlah mata uang di kawasan Asia lainnya, termasuk rupiah. Faisyal menjelaskan jika sepanjang perdagangan pekan depan pergerakan mata uang rupiah cenderung dipengaruhi oleh katalis eksternal dengan peluang pergerakan cenderung konsolidasi.