Jakarta – Gejolak perekonomian Indonesia telah melalui bagian terburuknya. Beberapa pihak yakin, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik di tahun fiskal ini, salah satunya Tony Prasetiantono. Kepala Pusat Studi Ekonomi Dan Kebijakan Publik UGM ini mengatakan, sudah terlihat beberapa indikasi yang mengarah pada perbaikan.
Alasan pertama, nilai tukar Rupiah telah kembali pada tren penguatan. Sebelumnya, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sempat menyentuh level Rp 14.700, namun kini kembali naik ke level Rp 13.400.
“Rupiah terburuk 14.700 itu sudah lewat,” ujarnya dalam acara ANZ Market Insight di Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, di Jakarta, kemarin (15/2).
Alasan kedua, perekonomian Indonesia di kuartal IV-2015 berhasil menembus angka 5,4%, yakni lebih tinggi dari tiga kuartal sebelumnya yang mencapai 4,7%. Faktor pendorongnya tak lain berasal dari penyerapan belanja pemerintah yang cukup besar.
“Confident masyarakat itu sudah terlihat meningkat. Tadinya orang itu malas atau takut dan hati-hati membelanjakan uangnya. Mungkin ada trauma 1998 (krisis moneter). Orang takut dengan angka rupiah segitu, tapi akhirnya lewat,” bebernya.
Ketiga, Indonesia sudah terbebas dari ketidakpastian kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed). Pasalnya, ketidakpastian tersebut sangat menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Ibarat bisul sudah pecah ketika The Fed menaikan suku bunganya. Ini yang menurut saya kita sudah hit the bottom, ibaratnya kapal Titanic sudah hantam dasar laut,” pungkas Tony.