Jakarta – Kurs rupiah dibuka menguat sebesar 20 poin atau 0,13 persen ke level Rp15.060 per dolar AS di awal perdagangan pagi hari ini, Rabu (6/5). Sebelumnya, Selasa (5/5), nilai tukar rupiah mata uang Garuda berakhir terapresiasi 20 poin atau 0,13 persen ke posisi Rp15.080 per USD.
Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sekeranjang mata uang utama terpantau menguat. Pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, indeks dolar AS naik 0,2 persen jadi 99,714 sejalan dengan saham Amerika Serikat, ditunjang dengan prospek pembukaan kembali sejumlah negara bagian AS dan negara-negara di seluruh dunia, serta data sektor jasa yang lebih baik dari perkiraan.
Beberapa analis mengungkapkan, sejak adanya pandemi virus corona (Covid-19) pada Maret 2020, dolar AS sudah mengembangkan korelasi positif dengan saham AS. Padahal biasanya dolar AS cenderung reli saat saham turun dan pasar keuangan tengah terkoreksi. “Telah ada pemutusan antara ekuitas dan ekonomi. Jadi meskipun ada reli risiko hari ini, kinerja dolar, sebagian besar, terkait dengan kinerja ekuitas relatif,” ujar Mazen Issa, ahli strategi senior valas di TD Securities di New York, seperti dikutip dari Antara.
Dolar AS bergerak naik usai data sektor jasa-jasa AS pada April lebih baik dari prediksi pasar. Adapun indeks non-manufaktur AS dari Institute Supply Management (ISM) terpantau turun jadi 41,8 bulan lalu dari angka 52,5 pada Maret 2020. Namun level April 2020 lebih tinggi dari konsensus, yakni 36,8.
Menurut Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, sentimen eksternal masih akan memengaruhi gerak rupiah. Namun hingga kini belum ada katalis kuat yang dapat menopang rupiah. Rencana Presiden AS Donald Trump untuk membatasi investasi dana pensiun diperkirakan bisa jadi pemicu. “Rencana tersebut sempat membuat yuan melemah beberapa waktu lalu, begitu juga dengan rupiah yang ikut melemah. Kemungkinan sentimen itu masih akan berlanjut,” beber David, seperti dilansir Kontan.
Gerak rupiah untuk menguat pun tertekan oleh data pertumbuhan ekonomi yang kurang cerah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 hanya 2,97%, jauh dari perkiraan pasar yang berada di atas 4%.