Jakarta – Kurs rupiah dibuka melemah sebesar 2,5 poin ke level Rp14.527,5 per dolar AS di awal perdagangan pagi hari ini, Kamis (1/4). Kemarin, Rabu (31/3), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terdepresiasi 45 poin atau 0,31 persen ke posisi Rp14.525 per USD.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sekeranjang mata uang utama terpantau sedikit turun. Pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB, indeks dolar AS dilaporkan melemah 0,1 persen ke angka 93,189. Namun, kurs dolar AS berhasil membukukan kenaikan kuartalan terbesar sejak Juni 2018, yakni menguat 3,56 persen. Pergerakan dolar AS ini dipengaruhi oleh investor yang berspekulasi bahwa stimulus fiskal dan vaksinasi agresif dapat membantu Amerika Serikat memimpin pemulihan pandemi global.
Kenaikan dolar AS sedikit tertahan usai data terbaru menunjukkan ekonomi AS menambahkan lebih dari 500.000 pekerjaan sektor swasta pada Februari 2021. Penggajian (payrolls) swasta AS naik 517.000 pekerjaan pada bulan lalu. Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan pada Rabu (31/3), sedikit lebih rendah dari prediksi pasar. Sementara itu, data pada Februari 2021 direvisi naik sebesar 176.000 pekerjaan ditambahkan, bukan 117.000 seperti laporan awal.
“Meskipun ADP bukanlah ukuran yang dapat diandalkan tentang bagaimana penggajian nonpertanian dapat berjalan, hal itu menggambarkan gambaran pasar tenaga kerja yang membaik,” papar Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, seperti dilansir Antara.
Di sisi lain, para ekonom Wall Street memprediksi angka penggajian non-pertanian AS yang bakal dirilis pada Jumat (2/4) besok berada di angka 647.000 pekerjaan. “Mengingat ekspektasi pasar yang tinggi untuk perekrutan Maret, terlihat naik 650.000, dolar bisa menjadi mangsa membeli saat rumor kabar baik dan menjual pada fakta,” imbuhnya.
Rupiah sendiri belum mampu bangkit karena dibayangi oleh beberapa negara maju yang menggelontorkan dana stimulus untuk perbaikan ekonomi seperti AS. “Ekonomi AS membaik lebih cepat dari ekspektasi para analis dan berdampak terhadap naiknya inflasi dan yield obligasi AS tenor 10 tahun sehingga berpengaruh terhadap perekonomian negara-negara berkembang salah satunya Indonesia,” ucap Ibrahim, Direktur TRFX Garuda Berjangka, seperti dikutip Kontan.
Selain itu, tingginya permintaan valas korporasi juga menjadi salah satu penyebab rupiah melemah. Menjelang akhir kuartal, kebutuhan valuta asing (valas) memang tinggi lantaran ada kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan lain-lain. “Hal ini membuat rupiah jadi banyak dilepas untuk ditukar dengan valas, utamanya dolar AS. Faktor musiman ini yang membuat rupiah melemah,” tutupnya.