Nilai tukar ringgit merosot ke level terendah dalam dua bulan terakhir usai spekulasi Federal Reserve yang akan menaikkan tingkat suku bunga yang diprediksi bakal terealisasi bulan depan. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 09.34 waktu Kuala Lumpur, mata uang Malaysia itu turun 0,6% ke level 4,0725 per dolar AS setelah sebelumnya terdepresiasi 4,0763 per dolar AS.
Meski merupakan level terendah sejak 21 Maret lalu dan mengalami penurunan sebesar 5,4% pada tahun ini, namun ringgit masih memiliki nilai tukar terbesar di antara mata uang Asia lainnya setelah yen Jepang. “Sentimen utama yang membuat nilai tukar ringgit anjlok adalah harapan kenaikan tingkat suku bunga The Fed pada bulan Juni mendatang,” ujar Wakil Presiden Brown Brothers Harriman & Co. yang berkantor di Tokyo, Masashi Murata.
Selain terhadap dolar AS, kurs ringgit juga terpantau turun terhadap sejumlah mata uang lainnya. Ringgit turun ke posisi 2,9469 terhadap dolar Singapura setelah pada penutupan perdagangan Rabu (18/5) berada di level 2,9377. Kemudian terhadap euro, ringgit turun ke level 4,5686 setelah sebelumnya berada di posisi 4,5573.
Sementara terhadap yen Jepang, ringgit turun tipis ke level 3,6960 dari 3,6952. Mata uang ini juga terdepresiasi terhadap pound Inggris ke posisi 5,9345 dari 5,8338.
Di sisi lain, menurut survei Bloomberg terhadap 21 ekonom, Bank Negara Malaysia diyakini masih akan mempertahankan tingkat suku bunga di level 3,25% pada Kamis (19/5) ini. Gubernur Bank Negara Malaysia, Muhammad Ibrahim, yang menjabat sejak 1 Mei mengatakan bahwa kebijakan moneter pada pekan lalu masih akomodatif dan mendukung kegiatan ekonomi negara.