Jakarta – Rupiah mengawali perdagangan pagi hari ini, Jumat (3/5) dengan pelemahan sebesar 13 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp 14.265 per dolar AS. Kemarin, Kamis (2/5), kurs mata uang Garuda berakhir terapresiasi tipis sebesar 5 poin atau 0,04 persen ke level Rp 14.252 per USD.
Indeks dolar AS yang mengukur nilai tukar the Greenback terhadap sekeranjang mata uang utama terpantau menguat. Pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB, indeks dolar AS naik 0,14 persen menjadi 97,8228 lantaran para pelaku pasar masih mencerna hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve yang baru saja selesai.
Pada Rabu (2/5) The Fed mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah dan mengabaikan kekhawatiran terkait inflasi yang lemah. Menurut pihak bank sentral Amerika Serikat ini, tak perlu mengubah pendekatan pada pergerakan suku bunga. “Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), komite pembuat kebijakan The Fed, memutuskan untuk mempertahankan kisaran target suku bunga federal fund di 2,25 persen hingga 2,50 persen,” kata The Fed, seperti dilansir Antara.
Menurut The Fed, pasar tenaga kerja Amerika Serikat ‘tetap kuat’ dan aktivitas ekonomi ‘naik pada tingkat yang solid’ sejak bulan Maret 2019, sementara itu pertumbuhan belanja rumah tangga dan investasi tetap bisnis melambat pada kuartal pertama 2019.
Pada perdagangan kemarin, keputusan The Fed yang tak mengubah arah kebijakan moneter AS pada tahun 2019 ini menurut Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menjadi angin segar untuk mata uang emerging market, termasuk rupiah.
Akan tetapi, analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan jika dalam jangka pendek mata uang rupiah akan bergerak sideways dengan kecenderungan melemah. “Tekanan datang karena adanya peningkatan kebutuhan dollar AS,” jelas Reny, seperti dilansir Kontan. Menurut Reny, pelemahan rupiah ini terjadi lantaran musim pembagian dividen sedang dimulai.