Pergerakan indeks dolar AS yang cenderung stabil di tengah isu perang dagang, membuat rupiah sulit melepaskan diri dari zona merah ketika Bank Indonesia mengadakan rapat dewan gubernur untuk menentukan suku bunga acuan. Menurut paparan Bloomberg Index pada pukul 15.54 WIB, mata uang Garuda menutup perdagangan Kamis (28/6) dengan melemah 215 poin atau 1,52% ke level Rp14.394 per dolar AS.
Sementara itu, Bank Indonesia siang tadi menetapkan kurs tengah berada di posisi Rp14.271 per dolar AS, anjlok 108 poin atau 0,76% dari perdagangan sebelumnya di level Rp14.163 per dolar AS. Di saat yang bersamaan, mayoritas mata uang Asia juga takluk versus greenback, dengan pelemahan terdalam sebesar 0,74% menghampiri rupiah, disusul rupee India yang turun 0,62%.
Dari pasar global, indeks dolar AS bergerak cukup stabil terhadap sekeranjang mata uang utama pada hari Kamis, di tengah sinyal yang bertentangan dari Washington mengenai proposal untuk membatasi investasi China sehingga membuat investor gelisah. Mata uang Paman Sam terpantau hanya melemah 0,044 poin atau 0,05% ke level 95,246 pada pukul 11.01 WIB.
Dilansir Reuters, greenback sempat menguat pada hari Rabu (27/6) setelah Presiden AS, Donald Trump, menuturkan akan menggunakan proses peninjauan keamanan nasional yang diperkuat untuk menggagalkan akuisisi China terhadap teknologi AS yang sensitif. Namun, ada kebingungan tentang niat pemerintah setelah penasihat Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa rencana yang diumumkan Trump tidak menunjukkan sikap lunak terhadap China.
“Dolar AS telah berhasil tetap naik meskipun terjadi penurunan pada imbal hasil Treasury dan penghindaran risiko pada saham AS,,” tutur ahli strategi mata uang senior di Daiwa Securities di Tokyo, Yukio Ishizuki. “Tetapi, masih harus dilihat berapa lama penawaran yang didorong aliran dapat mendukung dolar AS. Berita utama tentang tensi dagang akan terus mendikte begitu aliran tersebut mereda.”