Jajanan seperti wafer maupun biskuit masih menjadi favorit masyarakat Indonesia. Sampai saat ini ada banyak sekali merek wafer yang beredar di Tanah Air, salah satunya seperti Nissin yang sudah cukup legendaris dengan gambar khas kemasannya berupa wanita yang sedang bersepeda. Nissin menawarkan wafer dalam berbagai rasa dan kemasan, mulai dari kemasan pack plastik 125 gr, kaleng kecil 200 gram, kaleng 330gr, hingga kaleng besar seberat 570 g. Harga wafer Nissin sendiri dibanderol relatif bersaing dengan brand-brand lain yang tak kalah populer.
Adapun harga wafer Nissin kaleng kecil berkisar antara Rp 19 ribuan hingga Rp 27 ribuan, sedangkan kemasan kaleng besar harganya sekitar Rp 40 ribuan hingga Rp 45 ribuan per kaleng. Produk wafer Nissin bisa ditemukan dengan mudah di pusat-pusat perbelanjaan seperti swalayan hingga minimarket layaknya Indomaret dan Alfamart.
Bahkan Nissin juga memiliki gerai penjualan khusus di pabriknya, tepatnya di Nissin Emporium & Cafe yang berlokasi di Jalan Sukarno-Hatta, Ungaran, Jawa Tengah. Pada saat menjelang Lebaran biasanya Nissin Emporium akan lebih padat oleh pengunjung karena menganggap harga wafer Nissin di pabriknya lebih murah. “Harganya lebih murah, pilihannya juga banyak,” ujar salah satu pengunjung bernama Dewi, seperti dilansir Kompas.
Menurut Burhan, staf HRD PT Nissin Ungaran, ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri, pihak Nissin memang sengaja menambah stok untuk semua varian produk Nissin. Ia pun mengakui bahwa harga banderol untuk tiap produk Nissin yang khusus dijual di Nissin Emporium memang lebih murah dibanding harga di pasaran. “Kelebihan di sini selain lebih mudah mendapatkan semua varian produk kami. Harganya juga terpaut dengan di luar. Di toko-toko harganya sudah keekonomian pasar,” ungkap Burhan.
Tak hanya menjual produk-produk dengan harga murah saja, Nissin Biscuit Emporium juga mengungkap segala informasi tentang proses produksi biskuit sejak awal hingga produk dikemas dan siap jual ke pasaran. Agar bisa melihat proses produksi secara langsung, pengunjung harus melakukan kunjungan berkelompok dan melakukan reservasi dari jauh hari.
Rupanya sejak dibuka pada Juli 2010 lalu, antusiasme masyarakat terutama dari kalangan pelajar dan mahasiswa cukup tinggi. “Factory visit dapat dilakukan setiap hari kerja, namun harus kami jadwal karena permintaan kunjungan sangat padat,” ucap Burhan.