Pergerakan rupiah pada perdagangan awal pekan ini (18/7) diprediksi bakal sangat bergantung pada keadaan global. Pasalnya dari dalam negeri, mata uang Garuda masih minim sentimen pendukung, terutama dari penerapan dan realisasi tax amnesty.
Dilaporkan Bloomberg Index, rupiah mengawali perdagangan hari ini dengan pelemahan sebesar 45 poin atau 0,34% di posisi Rp13.141 per dolar AS. Kemudian, pada pukul 08.20 WIB, mata uang Garuda kembali terdepresiasi 27 poin atau 0,21% ke level Rp13.123 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS juga terpantau turun 0,01% ke 96,574 pada pukul 06.30 WIB.
“Pergerakan rupiah bakal bergantung pada keadaan global, terutama kebijakan Bank of England yang tetap mempertahankan tingkat suku bunga mereka,” papar Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada. “Pasalnya, rilis kenaikan cadangan devisa dan surplus tipis neraca perdagangan diimbangi oleh minimnya katalis dari penerapan dan realisasi tax amnesty.”
Hal tersebut, tambah Reza, bisa membuat pergerakan rupiah cenderung terbatas. “Hari ini rupiah akan berada di kisaran support Rp13.093 per dolar AS dan resisten Rp13.058 per dolar AS,” sambungnya.
Senada, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Agus Chandra, memaparkan bahwa di awal pekan ini, rupiah masih sepi sentimen domestik. Sementara dari sisi eksternal, data ekonomi AS yang mengumumkan klaim pengangguran Juni tetap di angka 254.000 tidak berpengaruh signifikan terhadap rupiah.
“Mata uang Garuda akan kembali fokus ke sentimen domestik, seperti data penjualan ritel yang akan diumumkan hari ini meski di sisi lain, Bank Indonesia tidak menginginkan rupiah di bawah Rp13.000,” katanya. “Rupiah hari ini akan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat di rentang Rp13.000 hingga Rp13.250 per dolar AS.”