Jakarta – Pada awal perdagangan pagi hari ini, Jumat (21/6), kurs rupiah dibuka menguat 53 poin atau 0,37 persen ke level Rp 14.130 per dolar AS. Sebelumnya, Kamis (20/6), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terapresiasi 87 poin atau 0,61 persen ke posisi Rp 14.183 per USD.
Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah. Pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB, indeks dolar AS dilaporkan turun 0,52 persen menjadi 96,6274 usai Federal Reserve mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga acuannya pada tahun 2019 ini.
Seperti dilansir Xinhua melalui iNews, pada Rabu The Fed menahan suku bunganya atau federal fund rate (FFR) tidak berubah di kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen. The Fed juga membuka ruang untuk penurunan suku bunga tahun ini di tengah meningkatnya kondisi ketidakpastian ekonomi.
“Mengingat ketidakpastian ini dan tekanan inflasi yang diredam, Komite akan memonitor dengan seksama implikasi informasi yang masuk bagi prospek ekonomi dan akan bertindak sesuai untuk mempertahankan ekspansi,” ungkap komite pembuat kebijakan The Fed. Pernyataan itu dirilis setelah para pelaku pasar menilai tingginya kemungkinan The Fed akan memotong suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Sementara itu, rupiah diprediksi berada dalam tren penguatan jangka pendek setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI). Keputusan The Fed pun diikuti oleh BI yang juga mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate di level 6,00 persen.
Menurut Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, sentimen The Fed dan BI ini akan membuat rupiah menguat dalam waktu dekat. Terlebih karena The Fed juga memberi pernyataan yang bernada dovish terkait kebijakan moneternya tahun ini. “Peluang penurunan suku bunga acuan AS di semester kedua cukup terbuka,” ujar Deddy, seperti dilansir Kontan.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman pun menambahkan, keputusan BI yang ikut menahan suku bunga juga sudah tepat. Pasalnya, tak semua indikator ekonomi Indonesia mendukung untuk membuat BI mendahului The Fed dalam rangka menurunkan suku bunga. “Dengan kondisi saat ini, BI tentu akan mengedepankan stabilitas perekonomian ketimbang mengejar pertumbuhan,” tandasnya.