JAKARTA – Rupiah harus rela tergusur ke zona merah pada pembukaan perdagangan Senin (22/7) pagi seiring dengan rebound yang dialami dolar AS. Dipaparkan Bloomberg Index, mata uang Garuda mengawali transaksi dengan melemah 10 poin atau 0,07% ke level Rp13.948 per dolar AS. Sebelumnya, spot sempat ditutup menguat 22 poin atau 0,16% di posisi Rp13.938 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang Paman Sam berusaha bangkit pada awal pekan ini. Dolar AS terpantau bergerak rebound 0,064 poin atau 0,07% ke level 97,215 pada pukul 08.34 WIB. Sebelumnya, greenback dibuka melemah tipis 0,006 poin atau 0,01% di posisi 97,145 setelah akhir pekan lalu berakhir naik 0,357 poin atau 0,37% di level 97,151.
“Faktor utama penguatan kurs rupiah di akhir pekan berasal dari sentimen eksternal. Kamis (18/7) kemarin, Presiden The Fed wilayah New York, John Williams, mengatakan bank sentral harus agresif dalam memotong suku bunga sebelum ekonomi AS mengalami bencana,” tutur ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail Zaini, dilansir Kontan. “Di satu sisi, mata uang yuan juga menguat seiring semakin pastinya Federal Reserve akan memotong suku bunga acuan di akhir bulan ini.”
Sementara dari dalam negeri, Mikail menambahkan, belum ada data maupun kejadian yang berpengaruh signifikan pada pergerakan rupiah di awal pekan ini. Karena itu, rupiah pun berpeluang menguat, tetapi terbatas sebab investor asing sudah priced in di pasar obligasi. Menurut Mikail, rupiah hari ini akan bergulir di kisaran Rp13.900 hingga Rp13.920 per dolar AS.
Hampir senada, analis Monex Investindo Futures, Ahmad Yudiawan, mengatakan, aliran modal asing kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Euforia pemotongan suku bunga acuan masih akan terasa di awal pekan ini. Ia pun memprediksi rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.870 hingga Rp14.000 per dolar AS.