JAKARTA – Rupiah harus puas nangkring di zona negatif pada perdagangan Selasa (8/12) sore ketika kasus virus corona yang terus meningkat secara global membuat investor kembali memborong greenback. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 5 poin atau 0,04% ke level Rp14.110 per dolar AS.
Sementara itu, data yang diterbitkan Bank Indonesia pukul 10.00 WIB tadi menempatkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) berada di posisi Rp14.164 per dolar AS, terdepresiasi 29 poin atau 0,21% dari transaksi sebelumnya di level Rp14.135 per dolar AS. Di saat yang bersamaan, mayoritas mata uang Asia tidak berdaya melawan greenback, dengan pelemahan terdalam sebesar 0,18% dialami dolar Taiwan.
Menurut analisis CNBC Indonesia, meski secara fundamental koreksi dolar AS masih sangat terbuka, tetapi secara teknikal, akan ada yang namanya jenuh jual (oversold). Jadi ketika dolar AS sudah dirasa memiliki harga yang ‘murah’, maka investor akan melakukan aksi beli sehingga nilai tukar mata uang tersebut berbalik menguat. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,102 poin atau 0,11% ke level 90,894 pada pukul 14.53 WIB.
Selain itu, kekhawatiran mengenai kasus virus corona yang terus meningkat memicu optimisme tentang vaksinasi dan dukungan fiskal untuk ekonomi AS, memberikan tawaran untuk greenback. Kongres AS akan memberikan suara pada minggu ini mengenai RUU pendanaan sementara untuk memberikan lebih banyak waktu bagi anggota parlemen guna mencapai kesepakatan tentang paket bantuan COVID-19 yang lebih besar.
Dari Benua Eropa, gerak pound sterling dipengaruhi pertemuan antara Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, dan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, untuk menyelamatkan kesepakatan Brexit. Nilai tukar mata uang Inggris terus terpangkas, ketika prospek Inggris dan Uni Eropa mencapai kesepakatan menit-menit terakhir surut. Pound sterling bertahan di level 1,3353 per dolar AS, setelah harus anjlok sebanyak 1,5% semalam.
“Proses pemikirannya adalah Boris tidak akan kembali ke Brussels tanpa kesepakatan,” kata kepala penelitian di pialang Pepperstone Melbourne, Chris Weston, dikutip dari Reuters. “Kegagalan untuk mengamankan apa pun sebelum KTT Uni Eropa pada Kamis (10/12) dapat mendorong pound kembali ke 1,30 terhadap greenback, tetapi memperhitungkan konsesi bersama untuk mencapai kesepakatan.”