Rupiah praktis tidak memiliki otot untuk keluar dari area merah pada perdagangan Jumat (31/8) sore ketika greenback kembali dilirik sebagai aset safe haven seiring tensi dagang AS-China yang memasuki episode baru. Menurut catatan Yahoo Finance pukul 15.57 WIB, mata uang Garuda melemah 40 poin atau 0,27% ke level Rp14.725 per dolar AS, sedangkan data Bloomberg Index menunjukkan spot berada di Rp14.710 per dolar AS.
Sementara itu, Bank Indonesia siang tadi menetapkan kurs tengah berada di posisi Rp14.711 per dolar AS, melorot 56 poin atau 0,38% dari perdagangan sebelumnya di level Rp14.655 per dolar AS. Di saat yang hampir bersamaan, mayoritas mata uang Asia tidak berdaya versus greenback, dengan pelemahan terdalam sebesar 0,49% dialami won Korea Selatan.
Dari pasar global, indeks dolar AS terpantau bergerak lebih tinggi pada hari Jumat, seiring dengan episode baru tensi dagang AS-China, sekaligus mengikis daya tarik aset berisiko. Mata uang Paman Sam terpantau menguat tipis 0,017 poin atau 0,02% ke level 94,740 pada pukul 11.03 WIB, setelah sebelumnya sempat dibuka melemah.
Diberitakan Reuters, greenback yang cenderung bertindak sebagai aset safe haven ketika terjadi gejolak pasar dan ketegangan politik, menarik dukungan terbaru karena investor bersiap untuk putaran anyar tensi dagang AS-China. Kamis (30/8) waktu setempat, Presiden Donald Trump siap untuk mengenakan tarif tambahan terhadap impor asal China senilai 200 miliar dolar AS setelah komentar publik untuk rencana tersebut berakhir minggu depan.
“Ada tren yang sedang berlangsung untuk membeli dolar AS imbas isu gesekan perdagangan, yang secara negatif memengaruhi mata uang pasar negara berkembang dan pada gilirannya memicu kenaikan greenback,” ujar ahli strategi FX senior di IG Securities di Tokyo, Junichi Ishikawa. “Euro juga menerima tekanan, karena paparan yang dirasakan zona Eropa terhadap ekonomi pasar yang sedang berkembang.”
Mata uang tunggal Benua Biru terpantau melemah 0,1% menuju level 1,1662 per dolar AS, setelah semalam telah kehilangan sekitar 0,3% saat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Italia memberikan tekanan tambahan. Imbal hasil obligasi Italia melonjak pada Kamis waktu setempat, di tengah kekhawatiran bahwa pemotongan pajak dan belanja kesejahteraan yang diusulkan oleh koalisi yang berkuasa negara itu bisa memperburuk situasi utangnya.