Rencana The Fed yang akan mengurangi obligasi mulai bulan depan berpotensi menaikkan kurs dolar AS sehingga melemahkan mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah. Seperti dipaparkan Bloomberg Index, mata uang Garuda membuka transaksi hari ini (26/9) dengan melemah 17 poin atau 0,13% ke level Rp13.342 per dolar AS. Sebelumnya, spot ditutup di posisi Rp13.325 per dolar AS pada akhir dagang Senin (25/9) kemarin.
“Mata uang di Asia yang paling terkena dampak kebijakan The Fed mengenai pengurangan obligasi dan kenaikan suku bunga lanjutan adalah won Korea Selatan di tengah kondisi geopolitik kawasan tersebut yang tidak menentu,” ujar analis PT Valbury Asia, Lukman Leong, seperti dikutip Kontan. “Sementara, posisi kurs rupiah bisa jauh lebih baik.”
Sebaliknya, analis PT Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra, menuturkan bahwa jika rencana pemangkasan obligasi oleh The Fed mulai diterapkan, penguatan greenback masih belum terlalu signifikan. Pengurangan aset hanya akan membuat porsi dolar AS yang beredar berkurang, dan penguatan mata uang Paman Sam masih menanti kepastian kenaikan suku bunga pada bulan Desember mendatang.
“Pasar lebih fokus menanti The Fed merealisasikan kenaikan suku bunga daripada mengurangi jumlah asetnya,” jelas Putu. “Hal tersebut berlaku sama ketika berhadapan dengan mata uang Garuda. Dengan sokongan fundamental Indonesia yang cukup positif, potensi penguatan dolar AS masih dapat diimbangi penguatan rupiah.”
Sementara itu, pendapat berbeda disampaikan oleh analis SoeGee Futures, Nizar Hilmy. Menurutnya, pelemahan rupiah yang terjadi pada awal pekan ini lebih disebabkan kekagetan pasar akibat keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan menjadi 4,25% yang dinilai meleset dari ekspektasi. “Sebelumnya, tidak ada sinyal Bank Indonesia akan memangkas suku bunga,” tuturnya.
“Peluang kenaikan suku bunga oleh The Fed juga membuat posisi dolar AS cukup kuat dan rupiah untuk beberapa saat harus menyesuaikan kondisi tersebut,” sambung Nizar. “Saat ini, belum ada berita terbaru, baik dari dalam negeri maupun luar, yang berpotensi memengaruhi pergerakan rupiah sepanjang hari ini.”