JAKARTA – Rupiah mencoba bangkit pada perdagangan Rabu (3/3) pagi ketika tekanan eksternal belum sepenuhnya surut. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 09.01 WIB, mata uang Garuda menguat tipis 5 poin atau 0,04% ke level Rp14.320 per dolar AS. Sebelumnya, spot harus ditutup terdepresiasi tajam 70 poin atau 0,49% di posisi Rp14.325 per dolar AS pada hari Senin (2/3) kemarin.
“Sentimen dari dalam negeri sebenarnya sangat mendukung pergerakan rupiah, salah satunya pemberian insentif di sektor properti dan otomotif untuk memicu daya beli masyarakat,” tutur Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, dikutip dari Bisnis. “Namun, hal tersebut terhapus karena kuatnya katalis dari faktor eksternal.”
Ia melanjutkan, tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS salah satunya disebabkan prospek pemulihan ekonomi global yang semakin jelas, terutama dari data pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara Eropa dan AS yang positif. Selain itu, pelaku pasar juga tengah menantikan kucuran paket stimulus AS setelah lolos dari lantai DPR AS, yang kemungkinan pada pertengahan Maret mendatang.
“Potensi penguatan nilai rupiah pada tahun ini masih cukup terbuka. Apabila paket stimulus AS berhasil disahkan pada medio Maret, akan berimbas pada pelemahan dolar AS karena kenaikan jumlah uang yang beredar,” sambung Ibrahim. “Setelah stimulus cair, dolar AS kemungkinan akan melemah dan rupiah akan kembali bergerak positif.”
Nyaris senada, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, seperti dilansir dari Kontan, memaparkan bahwa pelemahan rupiah kemarin merupakan lanjutan koreksi dalam sehari sebelumnya di tengah kecenderungan penguatan mata uang dolar AS secara global. Penguatan greenback didukung tren imbal hasil obligasi dari surat utang pemerintah AS (US Treasury) yang meningkat serta data manufaktur AS yang naik menjadi 60,8 di bulan Februari 2021.
Sementara itu, untuk perdagangan hari ini, Head of Economics Research Pefindo, Fikri C. Permana, memprediksi rupiah masih akan melemah. Menurutnya, dalam jangka pendek, masih ada tekanan, khususnya dari luar negeri, yakni kenaikan yield US Treasury serta harga minyak mentah dunia yang relatif rendah. “Rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.300 hingga Rp14.400 per dolar AS,” katanya.