JAKARTA – Tidak mau mengendurkan tenaga, rupiah langsung tancap gas pada perdagangan Selasa (28/7) pagi. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 09.18 WIB, mata uang Garuda terpantau menguat tajam 80 poin atau 0,55% ke level Rp14.455 per dolar AS. Sebelumnya, spot sudah berakhir naik 75 poin atau 0,51% di posisi Rp14.535 per dolar AS pada Senin (27/7) kemarin.
“Dari sisi internal, mata uang rupiah ditopang oleh langkah pemerintah yang memacu pemulihan ekonomi sekaligus penanganan COVID-19,” ulas Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, disalin dari Bisnis. “Disamping fokus ke vaksin, pemerintah kembali menggelontorkan stimulus sebanyak mungkin sampai akhir tahun 2020 dan diharapkan daya beli masyarakat akan tetap berjalan.”
Baru-baru ini, pemerintah pusat telah menyiapkan dana sebesar Rp11,5 triliun kepada lima Bank Pembangunan Daerah (BPD). Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, penempatan dana di BPD tersebut merupakan kelanjutan kebijakan pemerintah pusat setelah sebelumnya sudah menempatkan dana pada 4 Bank Himbara (BNI, Bank Mandiri, BRI, dan BTN) sebesar Rp30 triliun.
Sementara itu, dari sisi eksternal, pasar sedang menantikan pertemuan Federal Reserve pada tengah pekan ini untuk menentukan suku bunga acuan. Menurut CME FedWatch, suku bunga kemungkinan masih akan ditahan di kisaran 0 sampai 0,25% dan tidak ada ruang sama sekali untuk perubahan. “Bank sentral AS dapat menguatkan petunjuk baru-baru ini tentang manfaat dari target inflasi rata-rata, yang akan memungkinkan suku bunga tetap lebih rendah lebih lama,” sambung Ibrahim.
Nyaris senada, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, seperti dilansir Kontan, juga mengungkapkan bahwa rupiah berpeluang melanjutkan penguatan pada sesi kali ini. Kekhawatiran pelaku pasar terkait pemulihan ekonomi AS menjadi dasar pelemahan greenback. Beberapa sentimen yang memengaruhi dolar AS antara lain penambahan kasus COVID-19 di AS yang kencang, konflik dagang dengan China, dan rencana pemerintah mengucurkan stimulus 1 triliun dolar AS.