Rupiah mengambil celah di tengah spekulasi pasar mengenai keputusan FOMC tentang suku bunga The Fed. Dilaporkan Bloomberg Index pukul 15.59 WIB, hari ini (27/1) rupiah ditutup di level Rp13.876 per dolar AS. Rupiah menguat tipis 10 poin atau 0,07 persen dibanding penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di level Rp13.886 per dolar AS.
Pada perdagangan pagi hari, rupiah dibuka menguat 0,23 persen atau 32 poin ke level Rp13.854 per dolar AS. Selanjutnya, rupiah melanjutkan tren positif dan terapresiasi 34 poin atau 0,24 persen ke level Rp13.852.
Menurut analis PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, penguatan rupiah disebabkan fokus investor yang sedang menunggu hasil pertemuan FOMC pada Kamis (28/1) dini hari WIB. “Fokus investor masih mengarah pada faktor eksternal. Selain Tiongkok, hasil rapat FOMC adalah yang paling ditunggu,” jelasnya.
Ia menambahkan, hasil rapat FOMC diprediksi tidak akan membawa perubahan, baik pada FFR target maupun pandangan The Fed terhadap perekonomian Amerika Serikat. “Consumer confidence index AS yang naik di Januari 2016 juga tidak membantu mendorong penguatan dolar index,” sambungnya.
Di samping itu, penguatan rupiah juga dipengaruhi kembali rebound-nya harga minyak dunia. Pada Rabu dini hari, minyak jenis Brent menguat 2,49 persen ke 31,26 dolar AS per barel. Sementara, minyak WTI naik 2,74 persen ke 31,17 dolar AS per barel.
“Setelah sempat turun, harga minyak mentah kembali naik tajam malam tadi usai tersebar kabar OPEC yang akan berkolaborasi dengan Rusia untuk menstabilkan penurunan harga minyak,” lanjut Rangga. “Sementara dari domestik, pembatalan pengenaan PPn terhadap daging sapi juga memberikan sentimen positif terhadap rupiah.”